Perwakilan dari Seksi Pengelola Taman Nasional Wilayah II Kuala Pembuang – Balai Taman Nasional Tanjung Puting (SPTN Wilayah II Kuala Pembuang) diwakili oleh Sdr. Gideon Yones Masiring, S.Si & Sdr. Hilal Fajri Ramadi, S.Si menghadiri rapat Penyusunan Survey Investigasi dan Desain (SID) Kanal Banjir Kecamatan Seruyan Hilir di Aula Badan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Seruyan. Rapat dilaksanakan pada hari Selasa, 9 November 2021. Rapat ini diinisiasi oleh Dinas PUPR Pemerintah Kabupaten Seruyan yang menilai bahwa sangat penting menindaklanjuti rencana pembangunan kanal banjir di Kecamatan Seruyan Hilir untuk antisipasi banjir akibat dari intensitas hujan yang tinggi akhir-akhir ini. Dari hasil peta indeks bahaya banjir menunjukkan bahwa Kecamatan Seruyan Hilir dan Kecamatan Seruyan Hilir Timur mempunyai indeks tertinggi. Hal itu didasarkan bahwa dua kecamatan tersebut berada pada daerah muara sungai Seruyan dengan dataran yang rendah.  Lokasi yang paling terdampak dari banjir adalah Desa Tanjung Rengas dan sebagian daerah Kecamatan Kuala Pembuang. Kejadian banjir tertinggi pada tahun 2020 lalu merupakan banjir tertinggi yang pernah terjadi, menurut penuturan warga Desa Tanjung Rengas. Kejadian banjir tersebut berlangsung sekitar satu bulan lamanya dengan fluktuasi banjir yang mengakibatkan ratusan rumah terendam air sedalam lutut orang dewasa. Berdasarkan analisa Konsultan proyek kanal banjir dari PT. Geo Dinamika Utama menunjukkan banjir yang terjadi pada saat ini memiliki siklus ulang 2 tahunan.

Kanal banjir atau saluran sudetan yang akan dibangun, secara administratif akan menghubungkan dua desa yaitu, Desa Sungai Perlu dan Desa Tanjung Rengas. Rencana trase kanal banjir akan dibangun sepanjang 16 km dengan dimensi lebar sudetan 20 m dan kedalaman salurannya 4 m. Pengaruh sudetan dapat menurunkan elevasi banjir 0,72 m. Dari pihak SPTN II BTNTP mendukung semua hal yang ada kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat desa sekitar kawasan TNTP, namun dibalik itu terdapat kekhawatiran konsesi rehabilitas PT. RRC terkait dampak lingkungannya, mengingat saluran tersebut akan melewati wilayah konsesi gambut PT. Rimba Raya Concervation dan dekat dengan kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Pihak Balai Taman Nasional Tanjung Puting (BTNTP) berharap pembangunan ini dapat dikaji kembali dari aspek lingkungannya. Seperti yang kita ketahui saluran besar yang akan dibangun dapat menyerap dan mengurangi tinggi muka air gambut, sehingga gambut akan cepat kering dan dampaknya akan besar. Selain itu, akses menuju kawasan TNTP akan terbuka sehingga khawatir proyek ini akan dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab untuk leluasa mengambil kayu dari dalam kawasan.

Sumber : Hilal Fajri Ramadi, S.Si (Penyuluh Kehutanan Balai TNTP)